Indosteger
Indosteger adalah platform jual dan sewa scaffolding dengan proses produksi menggunakan teknologi tinggi dan bahan berkualitas sehingga hasil produksi berstandard nasional.Berita mengenai tiang listrik yang roboh kerap kali ditemukan saat kita membuka situs portal berita. Penyebab robohnya pun bermacam-macam, termasuk jarak tiang listrik yang sering diabaikan dalam pembangunan. Penggunaan konstruksi dan material dalam membangun tiang listrik pun harus direncanakan dengan detail sebelum mulai dieksekusi.
Tiang listrik sudah menjadi infrastruktur yang krusial di zaman yang semakin modern ini. Aliran listrik yang kita terima ini merupakan hantaran tenaga listrik yang disalurkan melalui kabel yang terdapat pada tiang listrik. Karena itu, pembangunan konstruksi juga harus dilakukan dengan benar dan tidak boleh sembarangan.
Pembangunan tiang listrik juga tidak boleh sembarangan, harus diperhatikan pula situasi dan kondisi di sekitarnya. Material tiang listrik yang digunakan umumnya ada dua, yaitu besi baja atau besi beton. Besi baja yang digunakan untuk membangun tiang listrik berbentuk panjang dan bulat.
Berbeda dengan besi baja, besi beton terbuat dari semen campuran dan menggunakan besi kecil sebagai tulangnya. Tiang listrik dari besi beton ini lebih banyak dibangun, dilengkapi dengan kabel RTC yang lebih aman daripada jaringan instalasi lainnya.
Pembangunan tiang listrik ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, karena harus di bawah pertanggungjawaban Perusahaan Listrik Negara (PLN). Lagipula, infrastruktur ini juga merupakan visi PLN untuk menyalurkan listrik dari pembangkit hingga ke rumah tangga dan industri.
Konstruksi yang membentuk tiang listrik pun terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
Jenis ini berguna untuk menyangga atau menggantung kabel. Tiang penyangga dipasang pada tegangan rendah dengan bentuk lurus atau memiliki sudut maksimum 15 derajat.
Jenis konstruksi tiang ini merupakan jaringan yang memiliki sudut belok berukuran 15 derajat hingga 90 derajat.
Jenis ini merupakan bagian awal jaringan dan tempat pemasangan trafo distribusi listrik.
Konstruksi tiang ini merupakan tempat pemasangan Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah yang dibuat sebagai tiang penyangga.
Jenis ini merupakan konstruksi penegang yang berguna untuk lima gawang panjang pada tiang tersebut.
Baca juga: Ukuran Kabel Instalasi Listrik Rumah Standar PLN
Jarak antar tiang listrik yang aman berdasarkan tegangan listrik yang tersedia di daerah tersebut. Biasanya, patokan yang digunakan ialah 40 meter untuk tiang listrik dengan tegangan yang rendah. Sedangkan tiang listrik dengan jaringan tegangan menengah harus berjarak 40 hingga 50 meter. Jarak tiang listrik ke tiang listrik belum mutlak, karena mesti memperhatikan faktor tanah serta berdasarkan tegangan dan lokasinya.
Seperti yang kita tahu, tanah di Indonesia itu bermacam-macam jenisnya, mulai dari tanah berbukit, tanah berawa, hingga tanah yang memiliki tekstur lembut layaknya lumpur.
Kemudian, jarak aman tiang listrik juga harus diperhatikan agar tidak terlalu dekat dengan objek di sekitarnya, seperti bangunan dan pohon. PLN juga menginformasikan bahwa tiang listrik harus dibangun sejauh 3 meter dari objek di sekitarnya, termasuk orang yang berada di daerah tersebut.
Baca Juga: 7 Cara Memasang Instalasi Listrik Rumah Bertingkat Dengan Tepat
Penetapan jarak 3 meter ini tidak hanya berguna untuk keamanan orang yang ada di sekitarnya. Jarak aman rumah dengan tiang listrik 3 meter ini bisa mengurangi gangguan pada jaringan listrik akibat terhalang oleh pohon, rumah, atau bangunan lainnya.
Berdasarkan peraturan dari kementrian ESDM, jarak aman untuk membangun rumah atau bangunan dari SUTET dengan tegangan 257 hingga 500 KV adalah minimal 9 meter.
Tetapi, angka ini tidak selalu pasti karena semakin tinggi tegangan yang dihasilkan oleh SUTET maka harus semakin jauh rumah atau bangunan tersebut dari SUTET.
Jika Anda memiliki rumah atau berencana membangun bangunan di dekat SUTET, pastikan Anda memperhatikan peraturan ini dengan seksama. Karena, ada banyak sekali resiko bagi bangunan yang berada di dekat SUTET, mulai dari resiko roboh menara SUTET hingga resiko terkena sambaran petir.
Jarak antara tiang listrik beton umumnya ditentukan berdasarkan standar teknis yang ditetapkan oleh PLN, dengan mempertimbangkan kekuatan kabel, beban tegangan, dan kondisi lingkungan sekitar. Untuk jaringan tegangan rendah (JTR), jarak antar tiang biasanya berkisar antara 30 hingga 50 meter. Sementara untuk jaringan tegangan menengah (JTM), jaraknya bisa mencapai 50 hingga 100 meter tergantung pada spesifikasi teknis komponen dalam mendistribusikan aliran dan kebutuhan distribusi daya.
Penempatan jarak ini juga mempertimbangkan keamanan terhadap lingkungan, stabilitas tiang, serta efisiensi distribusi energi listrik. Apabila tiang berada di area yang memiliki belokan atau kontur tanah tidak rata, maka jarak antar tiang dapat disesuaikan dan biasanya lebih rapat untuk menjaga kestabilan dan tegangan kabel tetap optimal.
Baca juga: Penyebab Umum Terjadinya Korsleting Listrik Dirumah
Penentuan jarak antar tiang listrik bukan hanya soal teknis konstruksi, tetapi juga menyangkut aspek keselamatan, efisiensi distribusi listrik, serta kepatuhan terhadap standar infrastruktur. Jika jarak tidak sesuai, dampaknya bisa berpengaruh besar terhadap fungsi dan keamanan jaringan listrik. Berikut beberapa alasan penting mengapa pemasangan tiang listrik harus memperhatikan jarak yang tepat:
Jarak yang sesuai mencegah risiko sengatan listrik atau kebakaran akibat kabel yang terlalu dekat dengan bangunan, pepohonan, atau aktivitas manusia. Pemasangan yang sembarangan dapat membahayakan keselamatan penghuni dan pengguna fasilitas umum di sekitarnya.
Tiang listrik menanggung beban kabel dan harus mampu bertahan dari tekanan lingkungan seperti angin dan curah hujan tinggi. Dengan jarak yang ideal antar tiang, beban tarik kabel dapat tersebar merata, sehingga tiang tidak mudah roboh atau mengalami kerusakan struktural.
Jarak yang terlalu jauh antar tiang dapat menimbulkan penurunan tegangan listrik, sedangkan jarak yang terlalu dekat bisa membuat biaya pemasangan menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, jarak yang tepat akan membantu menjaga kualitas tegangan listrik sekaligus memaksimalkan sarana penunjang distribusi listrik untuk masyarakat sekitar.
Penentuan jarak tiang listrik harus mengikuti regulasi yang telah ditetapkan oleh lembaga terkait, agar infrastruktur yang dibangun sesuai dengan standar keamanan dan teknis nasional. Sebab Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki kuasa penuh untuk menentukan jarak tiang listrik. Hal ini tentunya agar proyek kelistrikan dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.
Jadi itu dia informasi perihal jarak tiang listrik yang sebaiknya Anda ketahui. Kesimpulannya, konstruksi dan jarak antar tiang sutet dengan bangunan yang hendak dibangun tidak boleh sembarangan, sehingga tidak mudah roboh dan membahayakan orang yang ada di sekitarnya. Tiang listrik kini lebih banyak dibuat dengan menggunakan besi beton, di mana besi hollow galvanis bisa dijadikan sebagai tulangannya. Harga besi hollow 5x10 dari Indosteger juga dijamin merupakan yang terbaik dari harga pasaran pada umumnya.
Dengan seringnya berita tentang robohnya tiang listrik, penyebabnya yang bermacam-macam, termasuk jarak yang sering diabaikan, menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur ini harus dilakukan dengan seksama. Konstruksi dan material tiang listrik, baik menggunakan besi baja maupun besi beton, perlu dipertimbangkan dengan detail. Lebih dari sekadar aliran listrik, tiang listrik menjadi infrastruktur krusial yang harus dikelola dengan benar oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pembagian jenis konstruksi tiang listrik, penentuan jarak yang aman, termasuk ketentuan untuk bangunan dekat Sistem Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET), semuanya memerlukan perhatian khusus. Kesimpulannya, konstruksi dan jarak tiang listrik harus mematuhi regulasi agar tidak mudah roboh dan tidak membahayakan lingkungan sekitar.